Entertainment 09 Jun 2025, 20:05

Sejarah Tanggal 30 Maret Jadi Hari Film Nasional

30 Maret: Mengenang Usmar Ismail dan Sejarah Hari Film Nasional JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap tanggal 30 Maret, Indonesia memperingati Hari Film Nasional. Penetapan tanggal ini bukan tanpa alasan. Tang...

30 Maret: Mengenang Usmar Ismail dan Sejarah Hari Film Nasional

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap tanggal 30 Maret, Indonesia memperingati Hari Film Nasional. Penetapan tanggal ini bukan tanpa alasan. Tanggal 30 Maret dipilih karena merupakan hari pertama syuting film "Darah dan Doa," sebuah karya monumental yang diproduksi pada tahun 1950 oleh Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail.

"Darah dan Doa": Tonggak Sejarah Perfilman Indonesia

"Darah dan Doa" bukan sekadar film biasa. Film berdurasi 128 menit ini menjadi film cerita pertama yang sepenuhnya digarap oleh orang Indonesia dan perusahaan Indonesia. Lebih dari itu, film ini merupakan produksi perdana Pusat Film Nasional Indonesia (Perfini), sebuah perusahaan film yang didirikan oleh Usmar Ismail dengan dukungan modal dari bank nasional. Pendirian Perfini menjadi landasan penting bagi perkembangan industri film Indonesia, dan karenanya, tanggal 30 Maret diabadikan sebagai Hari Film Nasional.

Pengakuan Negara: Keppres Nomor 25 Tahun 1999

Penetapan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional semakin diperkuat dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 25 Tahun 1999. Pada tanggal 29 Maret 1999, Presiden B.J. Habibie secara resmi menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Film Nasional. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan perfilman Indonesia, mendorong mereka untuk terus berprestasi dan mengangkat derajat film Indonesia di mata dunia.

Sinopsis "Darah dan Doa": Potret Manusiawi Seorang Pejuang

Film "Darah dan Doa" menampilkan sejumlah aktor ternama pada masanya, seperti Del Juzar, Aedy Moward, dan Farida. Del Juzar memerankan Kapten Sudarto, seorang prajurit Siliwangi, sementara Aedy Moward berperan sebagai Sersan Mula.

Film ini mengisahkan kehidupan Kapten Sudarto, seorang pejuang revolusi yang juga digambarkan sebagai manusia biasa dengan segala kompleksitasnya. Dalam perjalanan menuju Jawa Barat dari Yogyakarta, Kapten Sudarto harus bergulat dengan godaan dua orang gadis, sebuah konflik internal yang menambah dimensi kemanusiaan pada karakternya.

Peringatan Hari Film Nasional ke-72: Pameran "Boeng Usmar Ismail"

Untuk memperingati Hari Film Nasional ke-72, dia.lo.gue artspace menggelar pameran bertajuk "Boeng Usmar Ismail: dalam Sinema Indonesia." Pameran ini menjadi penghormatan kepada Usmar Ismail, seorang tokoh yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perfilman Indonesia.

Melalui akun Instagram resminya, @dialogue_arts menuliskan, "Setelah #namakupram, dia.lo.gue artspace kembali menghidangkan satoe tjerita sedjarah tentang seorang pedjoang film Indonesia jang terhormat dan termasjur di masanja!"

Pameran ini berlangsung mulai tanggal 28 Maret hingga 28 April 2022 dan terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Pameran ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih mengenal sosok Usmar Ismail dan kontribusinya dalam memajukan perfilman Indonesia.

Hari Film Nasional: Momentum Refleksi dan Apresiasi

Hari Film Nasional bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk merefleksikan perjalanan panjang perfilman Indonesia, mengapresiasi para pelaku di balik layar, dan mendorong kemajuan industri film tanah air. Dengan semangat "Darah dan Doa," diharapkan perfilman Indonesia terus berkembang, menghasilkan karya-karya berkualitas yang membanggakan bangsa.

Sumber: entertainment.kompas.com