Opini & Editorial 09 Jun 2025, 19:56

Tajuk Rencana Republika: Membangun Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim Global

Tajuk Rencana Republika: Membangun Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim Global JAKARTA – Perubahan iklim global menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Tajuk rencana Republika har...

Tajuk Rencana Republika: Membangun Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim Global

JAKARTA – Perubahan iklim global menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Tajuk rencana Republika hari ini, Senin (9/6/2025), menyoroti urgensi memperkuat sistem pangan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim.

Perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan gelombang panas. Sektor pertanian menjadi salah satu yang paling terdampak, mengancam produksi pangan dan mata pencaharian petani.

Dampak Perubahan Iklim pada Pertanian

Perubahan pola curah hujan dan suhu ekstrem dapat mengganggu siklus tanam dan pertumbuhan tanaman. Kekeringan berkepanjangan menyebabkan gagal panen, sementara banjir merusak lahan pertanian dan infrastruktur irigasi.

Selain itu, perubahan iklim juga memicu penyebaran hama dan penyakit tanaman, yang semakin memperburuk kondisi pertanian. Petani di berbagai daerah melaporkan kerugian akibat serangan hama yang sulit dikendalikan.

Strategi Membangun Ketahanan Pangan

Untuk menghadapi tantangan ini, Republika menekankan pentingnya sejumlah langkah strategis. Pertama, diversifikasi tanaman dan pengembangan varietas unggul yang tahan terhadap perubahan iklim.

"Kita perlu berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan varietas tanaman yang lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem," tulis Republika.

Kedua, pengelolaan sumber daya air yang efisien dan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur irigasi yang memadai dan sistem pengelolaan air yang terintegrasi sangat penting untuk memastikan ketersediaan air bagi pertanian.

Ketiga, penerapan praktik pertanian cerdas iklim (climate-smart agriculture). Ini meliputi penggunaan pupuk organik, konservasi tanah, dan sistem pertanian terpadu yang mengurangi emisi gas rumah kaca.

Keempat, penguatan kelembagaan petani dan akses terhadap informasi serta teknologi. Petani perlu mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk menerapkan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan adaptif.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah memiliki peran sentral dalam membangun ketahanan pangan. Ini termasuk penyediaan dukungan finansial, infrastruktur, dan kebijakan yang mendorong pertanian berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat sistem peringatan dini bencana dan memberikan bantuan yang cepat dan tepat sasaran kepada petani yang terdampak bencana.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan pangan. Konsumsi pangan lokal dan pengurangan limbah makanan dapat membantu mengurangi tekanan pada sistem pangan global.

Ekonomi Syariah sebagai Solusi

Dalam konteks ini, pengembangan ekonomi syariah juga dapat berkontribusi pada ketahanan pangan. Investasi dalam sektor pertanian yang berbasis prinsip-prinsip syariah dapat mendorong praktik pertanian yang lebih etis dan berkelanjutan.

"Jangan hanya simbolik, Indef dorong aksi politik nyata kembangkan ekonomi syariah," demikian laporan Republika, menggarisbawahi perlunya tindakan konkret dalam pengembangan ekonomi syariah.

Kesimpulan

Membangun ketahanan pangan di tengah perubahan iklim global adalah tugas yang kompleks dan membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat.

Tajuk rencana ini mengingatkan bahwa ketahanan pangan bukan hanya masalah teknis, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan politik yang membutuhkan solusi yang holistik dan berkelanjutan.

Sumber: news.republika.co.id