Tanggal 23 Juli Peringatan Hari Apa, Ternyata Ada Hari Sjogren Sedunia, Hari Apa Itu?
23 Juli: Memperingati Hari Sjögren Sedunia, Apa Itu Sindrom Sjögren dan Mengapa Penting untuk Diketahui? BENGKULU, TRIBUNBENGKULU.COM – Setiap tanggal 23 Juli, dunia memperingati Hari Sjögren Sedunia....
23 Juli: Memperingati Hari Sjögren Sedunia, Apa Itu Sindrom Sjögren dan Mengapa Penting untuk Diketahui?
BENGKULU, TRIBUNBENGKULU.COM – Setiap tanggal 23 Juli, dunia memperingati Hari Sjögren Sedunia. Peringatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global terhadap Sindrom Sjögren, sebuah penyakit autoimun yang seringkali terabaikan. Lantas, apa itu Sindrom Sjögren dan mengapa peringatan hari ini begitu penting?
Hari Sjögren Sedunia diperingati setiap tanggal 23 Juli, bertepatan dengan hari kelahiran Dr. Henrik Sjögren, seorang dokter mata asal Swedia yang pertama kali mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1933. Tujuan utama peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang Sindrom Sjögren, mendorong diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, serta memberikan dukungan kepada para penderita di seluruh dunia.
Mengenal Sindrom Sjögren Lebih Dekat
Sindrom Sjögren adalah penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat, terutama kelenjar penghasil air mata dan air liur. Kondisi ini menyebabkan penurunan produksi air mata dan air liur, yang mengakibatkan gejala seperti mata kering dan mulut kering.
Gejala umum Sindrom Sjögren meliputi:
- Mata kering (xerophthalmia)
- Mulut kering (xerostomia)
- Kelelahan ekstrem
- Nyeri sendi
- Ruam kulit
- Batuk kering
- Vagina kering
Namun, penyakit ini juga dapat memengaruhi organ lain seperti paru-paru, ginjal, hati, bahkan sistem saraf. Dalam beberapa kasus, Sindrom Sjögren dapat muncul bersamaan dengan penyakit autoimun lainnya seperti lupus atau artritis reumatoid.
"Hari ini adalah momen untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit yang sering luput dari perhatian publik," demikian pernyataan dari Yayasan Sjögren dalam menyambut Hari Sjögren Sedunia.
Tantangan dan Penanganan Sindrom Sjögren
Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan Sindrom Sjögren. Namun, gejala penyakit ini dapat dikontrol melalui berbagai metode pengobatan, termasuk:
- Obat-obatan seperti hidroksiklorokuin untuk menekan aktivitas sistem kekebalan tubuh.
- Obat tetes mata atau pelumas mulut untuk mengatasi mata dan mulut kering.
- Terapi alami seperti probiotik, minyak ikan, atau akupunktur untuk meredakan gejala tertentu.
Salah satu gejala yang seringkali diremehkan oleh penderita Sindrom Sjögren adalah kelelahan. Yayasan Sjögren bahkan mengidentifikasi 13 jenis kelelahan yang dapat dialami oleh penderita, mulai dari kelelahan dasar, mendadak, hingga kelelahan akibat stres atau cuaca ekstrem. Oleh karena itu, penting bagi penderita untuk mendapatkan dukungan dan penanganan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai aspek penyakit ini.
Bagaimana Cara Mendukung Hari Sjögren Sedunia?
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendukung peringatan Hari Sjögren Sedunia dan meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini:
- Pelajari lebih banyak tentang Sindrom Sjögren melalui literatur dan artikel terpercaya.
- Bagikan kisah Anda jika Anda atau orang terdekat adalah penderita.
- Kenali figur publik seperti Venus Williams dan Shannon Boxx yang juga hidup dengan Sindrom Sjögren.
- Donasi ke organisasi riset dan kesadaran penyakit autoimun.
- Sebarkan informasi di media sosial dengan tagar #HariSjogrenSedunia atau #WorldSjogrensDay.
- Ikuti webinar dan edukasi dari yayasan kesehatan terpercaya.
Sejarah Singkat Hari Sjögren Sedunia
Hari Sjögren Sedunia pertama kali diperingati oleh Yayasan Sjögren untuk menghormati Dr. Henrik Sjögren atas kontribusinya dalam mengidentifikasi penyakit ini. Sejak tahun 1998, berbagai lembaga kesehatan dan komunitas mulai aktif mengadakan acara edukasi setiap tanggal 23 Juli untuk memperluas pemahaman publik tentang Sindrom Sjögren.
Dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang Sindrom Sjögren, diharapkan para penderita dapat mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang lebih cepat dan tepat, serta mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Sumber: bengkulu.tribunnews.com